Laman

Jumat, 03 Juni 2011

Sahabat Setia Slamanya (SSS)



Embun belum menetes dari pucuk daun yang segar. Burung pun enggan beranjak dari sarangnya yang hangat. Tampak dari kejauhan, dua anak laki-laki sedang sibuk melakukan sesuatu dengan kain kusam berwarna putih keabu-abuan. Ya, mereka Rio dan Alvin, kedua anak itu selalu tampak akrab  saat bermain bersama ataupun belajar bersama. Rio, seorang anak berusia 14 tahun, ayahnya Pak Haling sebagai pekerja bangunan, ibunya telah meninggal sejak 3 tahun terakhir. Rio memiliki seorang adik bernama Zevana, tidak jauh antara usia Rio dan Zevana. Sangat berbeda jauh dengan Alvin. Anak laki-laki berusia 14 tahun ini, serba berkecukupan, ayahnya seorang pengusaha sukses, dan ibunya seorang dosen. Memang bagi Rio hidup ini serasa tak adil. Namun ia masih bersyukur memiliki adik yang sangat baik hati Zevana.
Pagi ini Alvin dan Rio berencana camping halaman belakang rumah Rio. Mereka terlihat sangat bersemangat karena tinggal 3 hari lagi hari libur yang tersisa saat ini. “Yo! Ada golok enggak? Kalo pake gergaji ini gak bisa.” Perintah Alvin sambil membolak-balikkan bamboo yang terlihat sangat besar itu. “Zeva … ambilin golok di deket dapur donk ! please!” memanggil Zevana yang sedang membersihkan rumah tua mereka yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah reot, namun masih terlihat bersih itu. Dengat sigap, Zevana langsung memberikan golok itu pada kakaknya dengan senyuman yang tulus “ini kak,..”. “Makasih Zeva,…”. Zevana hanya tersenyum dan kembali membersihkan dinding rumah itu.
“Adek elo baik banget ya Yo? Jadi ngiri gue, nggak punya adek, apalagi yang kaya Zevana, Udah baik, Cantik, pinter lagi!” Sedikit cengar cengir karna kesulitan memotong bambu itu.
Rio hanya tertawa pada Alvin, Tiba-tiba golok yang Alvin gunakan itu, patah dan serpihanya dengan sedikit keras mengenai kaki Alvin yang telanjang tanpa sandal atau sepatu itu. Kakinya mengalami pendarahan sangat hebat. Seketika Alvin merintih kesakitan, begitu pula dengan Rio, ia hanya panik dan memanggil-manggil Zevana dari kejauhan.
Sambil menyodorkan handphone yang cukup bermerek, “Rio gue minta tolong buat telfonin papa gue donk!” pinta Alvin pada Rio. Zevana langsung mendekat dan membawakan kotak p3k, ia melakukan apapun yang ia bisa agar luka di kaki Alvin tidak semakin parah
“Iya, iya,…” dengan sedikit panik, Rio menekan tombol handphone itu dan menelepon ayah Alvin. Tidak sampai jarum jam tangan berjalan melewati dua nomor, Ayah Alvin bersama beberapa bodyguard-nya yang sempat mempelototi Rio saat itu.
 Rio dan Zevana hanya dapat menyingkir dari ayah Alvin karena ayah Alvin dikenal orang-orang sebagai orang yang sangat garang. Sesampai di rumah sakit, Alvin hanya terbaring lemas karena terlalu banyak darah yang keluar dari kakinya itu hingga ia tak sadarkan diri.
Malam ini ayah Rio dan zevana tidak pulang ke rumah karena ada proyek bangunan yang harus ia kerjakan bersama teman-temanya. Terdengar suara mobil yang berhenti di samping rumah Rio. Zevana kemudian membukakkan pintu dan beberapa orang dengan jaket kulit yang dingin Zevana langsung menutup pintu dan bergegas masuk ke kamar Rio.
“Kak ada perampok!” Masih terengan-engah. “Dimana Zev? Di depan? Buat apa perampok datang kesini? Mau ngerampok sapu? Ada ada aja kamu Zev.” Rio menjawabnya dengan santai. Grubyak,.. pintu depan rumah roboh, kemudian orang-orang berjaket kulit hitam itu masuk ke dalam rumah dan mengacungkan pistol. Rio dan Zevana hanya celingukan dan kebingungan. “Mana pecundang yang bernama Rio?” kata salah satu dari orang-orang itu. “Rio gak ada di rumah” kata zevana dengan lantang dan berusaha melindungi Rio. Dengan nada sedikit menantang Rio mendekati mereka. “ Gue Rio ngapain kalian kesini? Mau cari Ribut?”
Tanpa basa-basi mereka langsung memukul Rio, Rio pun memukul balik, namun karena Jumlah mereka lebih banyak, rio dipukul dari belakang dan tergeletak tak sadarkan diri.  Zevana berlari berusaha menarik Rio. Namun Zevana terkena pukulan dan terjatuh pingsan.
Saat Rio membukakan matanya, tampak samar-samar seorang laki-laki dewasa dengan jas berwarna hitam berada didepanya. “Om Ardy?” Rio tak menyangka ternyata ayah Alvin yang membawanya. “Iya Rio, gimana keadaan kamu? Enak nyakitin Alvin? Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin membunuhmu!” kata om Ardy sambil memutar-mutarkan pisau di ujung telunjuknya. “Buat apa om membunuh Rio? Apa salah Rio?” Sedikit memberontak dan berusaha melepas tali yang mengikat kedua tangan di belakang punggungnya. “ Oh, jadi kamu belum tahu dongeng ini? Apa ibumu tidak pernah mendongengkan padamu?” tertawa sangat keras.
Ternyata dahulu Ibunda rio Ibu Amanda menolak lamaran dari Om Ardy. Dan sejak saat itu om Ardy sangat membenci keluarga Rio dan berjanji pada dirinya sendiri akan membunuh setiap keturunan Ibu Amanda. Dan saat ini incaran Om Ardy adalah Rio. Mendengar hal itu Rio sangat kaget. “Om boleh membunuh Rio tapi om jangan pernah menyakiti Zevana.” Teriak rio sangat keras. Namun Om Ardy hanya keluar dari rumah kosong itu sambil tersenyum sinis.
Di rumah sakit Alvin ditemani Mamanya, dan luka di kaki Alvin belum pulih seutuhnya karena Golok itu menggores pembuluh nadi Alvin dan hampir putus. Namun dokter berusaha menanganinya. “Mah, Rio suruh kesini donk! Boleh ya buat nemenin Alvin!” dengan lirihnya Alvin berbicara pada mamanya. “Iya sebentar sayang, mamah susul ke rumahnya aja. Beberapa saat setelah Mamanya Alvin keluar, terdengar suara,  “Kamu tenang saja! Si pecundang itu sudah aku singkirkan.” Dengan dingin Om Ardy berbicara.
“Apa maksud papa? Rio ayah bunuh? Bukanya yang menolak ayah Ibu Amanda, bukan Rio? Kenapa Ayah tega sekali?” Memang Alvin sudah mengetahui masa lalu ayahnya yang suram itu. Namun ia tidak mau persahabatanya dengan Rio putus hanya karena dendam keluarganya. “Buat apa kamu membela pecundang itu? Sebenarnya ayah ingin menghabisinya sejak dahulu, Tapi ayah ingin dia merasakan siksaan yang ayah rasakan dulu.”
“Kalo ayah berani bunuh Rio, ayah sama aja bunuh Alvin, dan Alvin gak akan pernah biarin itu terjadi,”.  “Buat apa kamu membela pecundang itu?” kemudian ayah Alvin keluar bersama body-guard nya.
“Kata Zevana, Rio diculik.” Kata mama Alvin sambil terengah-engah masuk ke kamar rawat Alvin. “Apa? Ini pasti kerjaan ayah. Pokoknya Alvin benci sama ayah titik.” “Eh Alvin sayang jangan begitu, mungkin maksud ayah itu baik.”
Pagi ini Alvin pulang dari rumah sakit. Seharian Alvin tidak mau makan dan keluar kamar. Mama Alvin sangat khawatir dengan keadaan Alvin. Mama Alvin hanya dapat menangis di depan kamar Alvin dan memohon pada Alvin agar mau keluar. Datanglah ayah Alvin dengan sedikit senyumah pahit dan mendobrak pintu kamar Alvin. “Apa yang kamu inginkan?” kata ayah Alvin dengan sedikit memaksa. “Balikin Rio yah! Balikin!” kata Alvin sambil berteriak dan suaranya mengisi seluruh ruangan. Ayah Alvin menelepon seseorang sambil berkata “target kembalikan!”
Sepuluh menit kemudian, datanglah sosok yang terlihat kumuh dan sangat lemas. Ya, itu adalah Rio yang sudah 2 hari diculik ayah Alvin. “Rio…….. ! Alvin langsung bangun dari tempat tidurnya dan memeluk Rio sangat erat.” Ayah Alvin mendekati mereka “Maafin ayah ya nak! Rio, maafin Om Ardy ya! Gak seharusnya om membalaskan dendam pada kamu Rio, masa lalu biarlah berlalu, kita bangun masa depan dengan lebih baik.” “Alvin dan Rio hanya tersenyum kegirangan.
Tok tok tok,…. Terdengar suara ketukan pintu berulang-ulang. Mama Alvin membukakan pintu. Dua anak perempuan yang cantik dan ramah yaitu Zevana dan Shila “Tante, Alvin ada dirumah gak tante?”. “Oh,… ada ayo silahkan masuk .....”. Mama Alvin menuntun mereka kea rah kamar Alvin. “Alvin, gimana kabar elo? Tiga hari gak berangkat sekolah?” “Gue gak papa kok, Cuma luka dikit. “kak Alvin, kak Rio hilang udah dua hari. Tahu gak kak rio kemana?” kata zevana dengan sedikit malu-malu. “itu siapa?” sambil menunjuk kearah kolong meja dekat candela itu. “shilla,.. Zeva… aku disini.” Kata rio sambil keluar dari kolong meja. “ Kak Rio…….” Zevana kegirangan.
Sejak saat itu mereka kembali menjalahi kehidupan normal. Bermain bersama, belajar bersama dan melakukan hobi mereka yang kebetulan sama, yaitu bernyanyi. Mereka suka menciptakan lagu untuk dinyanyikan bersama-sama. Kemanapun mereka pergi, mereka selalu bersama. Dalam suka maupun duka. Dalam tangisan dan bahagia. Bersama tanpa ada sekat diantara mereka. Tanpa ada penghalang diantara mereka.
*****
Rio dengan shilla, Zevana dengan Alvin, mungkin ada hubungan khusus diantara mereka, ada sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Ya! Masa remaja adalah masa paling indah untuk mereka.
Sepulang sekolah Rio dan Zevana pulang bersama. Betapa kagetnya mereka saat melihat rumah mereka yang sudah hangus dimakan api. Seketika Zevana menangis, ia teringat susah payah ayahnya membangun rumah itu. Dari balik pohon, muncul seseorang yang terlihat beringas. Rio dan Zevana kaget ternyata orang itu adalah ayah Alvin. “Om ngapain disini?” . “Kau pasti tahu yang sudah om lalukan dengan rumahmu.” Sambil mengeluarkan kertas dari sakunya. “ Jadi om yang udah melakukan ini? Rio kira om udah sadar dengan perbuatan om. Ternyata om masih dendam sama keluarga Rio.” “kamu tahu siapa ini?” sambil menunjukan foto pada rio. “Ayah? Apa hubunganya dengan ayah Rio?”, “ Kalo kamu masih deketin Alvin lagi, kamu akan tahu akibat yang lebih fatal dari ini.” “Om jahat!!!” teriak zevana.  ayah Alvin hanya tertawa sambil pergi meninggalkan mereka yang meratapi hancurnya rumah mereka.
Zevana hanya menangis di pelukkan Rio yang berusaha menghiburnya. Shila segera datang begitu mendengar tentang kebakaran di rumah Rio. “Kalian ke rumah aku aja! Aku punya rumah kosong di deket perempatan rumah Alvin.” “Jangan deket-deket sama rumah Alvin!” Zevana memberikan usul sambil terbata-bata. “ Kenapa gak mau deket-deket sama rumah Alvin? hayo!! Gak usah malu-malu zeva!”
Tangisan Zevana semakin pilu. Gubrak,,.. suara sepeda jatuh. “Zevana ! ! !”,.. suara itu begitu dikenal di telinga Zevana. Ia Alvin yang datang dengan sepeda. “Alvin, kamu gausah kesini lagi!” kata Zevana. Alvin bingung dengan kata-kata Zevana saat itu. Shila dan Rio hanya terdiam tak dapat berkata apapun. Mereka hanya dapat menenangkan zevana. Alvin mendekati Zevana, namun zevana menghindar. “Zeva masih saying sama Ayah. Zeva gak mau kehilangan Ayah. Kehilangan Ibu udah cukup buat Zeva.
Alvin terdiam dan dengan putus asa ia pulang ke rumah. Di rumahnya Alvin sudah ditunggu keluarganya untuk pindah rumah ke luar negeri. Di rumah Rio, Zevana masih menangis. “Eh iya aku lupa, Alvin hari ini mau pindah ke Amerika kata ayahnya kemaren Zev.” Kata Shilla.
Zevana langsung lari ke rumah Alvin, Rio dan Shilla  juga mengikutinya. Rumah Alvin sudah sepi, “kak Itu mobil keluarga Alvin!” Zevana menunjuk mobil mewah berwarna silver yang sudah berjalan lumayan jauh. Rio pun mengejar mobil itu, namun sia-sia.
Tidak kehilangan akal, Shila mengambil sepeda motor miliknya yang ada di rumah nya yang dekat dengan rumah Alvin. Mereka bertiga tanpa menggunakan helm mengejar mobil keluarga Alvin. Namun nasib berkata lain, dari belakang mereka tertabrak mobil ayah Alvin. Mereka bertiga terjatuh, bahkan terpental. Zevana terjatuh di tengah jalan dan tertabrak kendaraan lain, Shilla terjatuh dipinggir jalan, sedangkan Rio terjatuh di semak-semak berduri di samping jalan. Benturan itu begitu keras hingga terdengar di telinga Alvin yang sedang membeli bunga di toko bunga di dekat perempatan itu. Alvin langsung keluar ia melihat Zevana tergeletak di tengah jalan. Alvin langsung membuang bunga yang ia pegang dan mendekati Zevana, ia berusaha membangunkanya, “Alvin,.. jangan pe-pe-pergi!” Dengan sedikit terbata-bata, zevana berusaha mengatakan sesuatu. “Aku gak pergi kemana-mana, aku akan slalu ada buat kamu Zeva.” “Aku sa-sa-sayang ka-ka-ka-mu Alvin.” Setelah itu zevana tidak sadarkan diri dan Alvin hanya dapat menangisi Zevana. Tak lama kemudian suara ambulance datang dan membawa ketiganya, Alvin juga ikut ambulance itu ke rumah sakit.

Sepi, dingin dan tenang. Itulan suasana yang dirasakan Rio dan Shilla setelah sadar. Yang mereka lihat hanya seorang wanita dengan kemeja yang terlihat sangat tabah Itulah mama Alvin.
“Alvin mana tante? Gak jadi keluar negri kan? Trus Zevana dirawat dikamar mana? Aku pengen ketemu deh.” Kata rio dengan lembut pada mama Alvin. “Maafin tante sayang” dan memberikan sepucuk surat dengan mata berkaca-kaca.
Dear : Rio and Shilla tersayang
Saat kalian mbaca surat ini, mungkin aku udah nggak ada.  Aku bersama Zevana udah bahagia disini. Di tempat yang seharusnya kami berada. Kalian gak usah sedih kami tinggalin, kalian juga jangan pernah merasa bersalah. Memang semua ini salahku, hingga Zevana harus berkorban demi aku.
. Kalian sahabat terbaik aku, Aku saying sama kalian. Sebelum aku pergi bersama Zeva, aku ciptain lagu buat kalian semoga kalian suka,
Berjanjilah wahai sahabatku
Bila ku tinggalkan engkau
Tetaplah tersenyum
Meski hati
Sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah
Menghadapinya
Bila aku harus pergi
dan meninggalkan dirimu
jangan lupakan aku

semoga dirimu disana
kan baik-baik saja
untuk selamanya
disini aku kan selalu
rindukan dirimu
wahai sahabatku.

Maaf aku harus pergi bmenyusul Zevana,
Semoga hubungan kalian langgeng hingga akhir hayat nanti. Love you
From : Alvin (AJS)

Rio Shilla dan mama Alvin serentak meneteskan air mata begitu membaca surat itu. “Memang sejak kejadian tabrakan saat itu, Alvin merasa bersalah pada kalian. Zevana meninggal karena kecelakaan itu. Rio dan Shilla pun dalam keadaan parah. Mata Rio saat itu mengalami kebutaan karena terlalu banyak iritasi terkena semak berduri. Sedangkan kedua ginjal Shilla pecah sehingga Alvin mendonorkan bagian tubuh kalian yang rusak untuk minta maaf pada kalian. Tekatnya semakin bulat saat ia mengetahui zevana meninggal dunia. Ia merasa hidupnya hampa tanpa Zevana. Sedangkan ayah Alvin dipenjara seumur hidup atas permintaan Alvin. Rio juga berpesan pada Tante, Rio mulai saat ini harus tinggal di rumah tante dan Alvin berpesan mengangkat rio menjadi anak tante. Rio mau kan menuruti keinginan Alvin?” cerita mama Alvin.
Lalu mereka saling berpelukan dan terlarut dalam kesedihan. Namun mereka segera bangkit dan tidak ingin membuat Alvin dan zevana sedih.
THE END
                                   
                                                                                                                        Desynta N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar